belitung · Uncategorized

BELITUNG : Batu besar, Laut, dan Orang-orang nya (part 3)

Kami agak bingung bagaimana caranya pulang, lebih tepatnya dari hotel ke bandara. Hotel kami terletak di daerah, bukan di kota tanjung pandan. Tidak ada grab car apalagi gojek. Pilihan yang tersedia untuk kami yaitu transport hotel, atau taksi, atau sewa mobil lagi. Pilihan yang sulit, mengingat kami belum beli oleh-oleh di kota, dan transport nya ber budget mahal. Saya sudah sangat bingung sebetulnya, ya sudah, naik taksi saja yang di order dari tanjung pandan. Tapi pak suami ada ide lain, bertanya pada bang Jo dan pak Wiwin. Memang sudah rezeki, pak Wiwin menghubungkan kami dengan Gelak, adik bang Jo yang biasa menjemput tamu.

Kami pun janjian dengan bang Gelak di hotel, begitu mengetahui kami belum ke pantai Tanjung Tinggi, dia langsung inisiatif mengajak kami kesana.

‘ga papa jalan memutar sedikit sebelum ke bandara, masa ke Belitung ga ke tanjung tinggi’

Akhirnya kami meluncur kesana, jalanan yang kami lalui lenggang, jalanan nya cukup bersahabat dengan pasir yang landai dan laut biru rasanya ingin berenang. Setelah sampai, saya sangat bersyukur sekali bisa sampai kesini. Sangat khas dengan yang ada di film laskar pelangi, batu-batu besar, laut jernih, dan langit biru nya. Saya dan pak suami kegirangan akhirnya bisa sampai kesini.

Perjalanan kami lanjutkan, sebelum ke bandara, kami melalui Klapa, pusat oleh-oleh belitung. Klapa cukup lengkap sebagai pusat oleh-oleh, disana juga saya mencicipi jeruk peras khas belitung yang begitu segar. Karena pak suami tetep ingin membawa ketam, akhirnya kita mampir juga di ketam isi Adena. Barulah kami meluncur langsung ke Bandara.

Kontras dengan kondisi saat kami tiba jumat pagi. Kondisi bandara saat ini ramai sekali, mungkin semua orang pulang berlibur kembali ke kehidupan masing-masing. Penerbangan kami dipercepat setengah jam karena ada hercules. Alhamdulillah kami tiba lebih awal di bandara, langsung check in, boarding dan kembali ke jakarta.

Banyak hal menarik selama liburan, dari awal liburan hingga akhir, ada rombongan keluarga yang selalu kami temui dimanapun kami berada, mulai dari hopping island hingga kami akan pulang, menariknya mereka juga orang Jakarta. Kami bersyukur dengan kebaikan pak wiwin dan keluarganya sungguh sangat mempermudah perjalanan kami disana. Sebetulnya di Belitung juga ada damri dari pemerintah yang diberlakukan secara gratis, namun karena sepi peminat sehingga jarang beroperasi.

Tentu saja kami tidak akan lupa indahnya belitung. Apalagi setelah sampai di Bandung, saya baru menyadari, ternyata kami tidak liburan berdua, tapi bertiga.

 

Tiket :

Jakarta – Belitung : 1.850. (Garuda-berdua)

Belitung – Jakarta : 1.234. (Sriwijaya – berdua)

Quins style resort : 450/malam (include breakfast)

Kapal pak wiwin : 500.

Life vest + google : 100.

Sewa ayla di Hangoutsbelitung : 185. + 100 (antar jemput mobil) : 285.

Makan KV Senang : 35.

Kopi kong tjie : 10.

SD laskar pelangi : 3.

Museum kata : 50.

Transport mobil bang Gelak : 200. (include bbm + driver)

Bensin sewa ayla : 100.

belitung

BELITUNG : Batu besar, Laut, dan Orang-orang nya (part 2)

Hari ke-dua di Belitung :

Rencana kami hari ini adalah hopping island. Karena  sampai ke penginapan saat malam hari, saya belum tahu ke arah mana Tanjung Kelayang, ternyata hanya berjarak 200 meter dari hotel kami. Kami janjian dengan pak Wiwin dari @wiwin_prantirto_perahulengkuas di pantai tanjung kelayang, tapi yang menemani kami berlayar adalah bang Jo, keponakan pak Wiwin.

Oiya, jadi selama ini, proses booking perahu ke pak Wiwin saya lakukan atas nama suami, jadi waktu pak Wiwin pertama kali ketemu Azkal, bapak langsung merasa akrab, padahal mereka baru pertama ngobrol. Satu perahu sebetulnya cukup untuk 10-20 orang, tapi aturan disana memang tidak menggabungkan penumpang yang sedikit agar banyak.

Pulau yang pertama kami sambangi yaitu pulau Batu Garuda, disana kami tidak bisa turun, hanya memotret dari atas kapal. Pulau selanjutnya yaitu pulau Batu Berlayar, pulau dengan banyak batu-batu besar, kami berusaha naik ke batu-batu tersebut agar bisa berfoto. Lalu ke pulau pasir, pulau yang bisa tenggelam saat sedang pasang.

hop island

Tujuan utama kami pun tiba, yaitu pulau Lengkuas, dari awal saya sangat ingin sekali naik ke mercusuar. Sayang cuaca sedang kurang bersahabat, bahkan hujan, kami tidak diperkenankan naik keatas. Oiya, dari awal hopping island, cuaca di laut belitung sangat mendung, bahkan turun hujan, lalu mendung lagi. Foto-foto yang kami ambil jadi kurang maksimal, padahal laut belitung sangat berjodoh dengan langit biru nya. Di spot pertama snorkeling, kami bahkan berenang sambil hujan-hujanan.

p9

Berpindah di spot kedua, barulah cuaca berubah menjadi sangat cerah. Selesai snorkeling, kami menuju destinasi akhir kami hopping island yaitu pulau kelayang. Beda ya sama tanjung kelayang. Di pulau kelayang ini, kami bisa bersantai-santai ria, pak suami ke gua, saya rebahan di pantai memandang langit biru nya yang super cantik. Kami selesai hopping island jam 16.00, kami bergerak dari pulau Kelayang. Lumayan melelahkan juga perjalanan kami dari jam 08.00-16.00. walaupun di bandung-jakarta cuaca sedang terik-teriknya, kami bahkan kehujanan di tengah laut belitung, Bang Jo menertawakan saya yang terlihat panik.

Karena penginapan kami dekat dengan hotel, kami cukup jalan kaki saja dan bersih-bersih sekaligus mandi di hotel. Malam harinya, kami makan malam di pinggir pantai, menikmati seafood dan tumis kangkung, rasanya enak, harganya juga cukup bersahabat.

belitung · Uncategorized

BELITUNG : Batu besar, Laut, dan Orang-orang nya.

Beberapa bulan lalu, pak suami ngirim flyer Triatlon di Belitung, enjoy crystal water katanya. Awalnya Belitung bagi saya hanya sekolah Laskar Pelangi, setelah googling dan scrolling  dari satu halaman ke halaman lainnya, mau ke Belitung atau ke Karimun Jawa, akhirnya saya pilih Belitung, tapi pak suami gak jadi ikut Triatlon, nemenin istri katanya.

 

Hunting tiket dimulai dari 2 bulan sebelumnya, budgeting pun dimulai. Biar lebih bebas, kami merencanakan perjalanan kami sendiri, tanpa agen travel. Kami tiba di Bandara H.A.S Hanandjoeddin sekitar jam setengah 8 pagi, perjalanan Jakarta-Belitung kurang lebih 50 menit di udara, setelah mendarat kami disambut mba Lesgi dari @hangoutbelitung. Mba Lesgi ini super ramah dan sabar dengan banyak pertanyaan. Kami menyewa mobil ayla, cukup buat berdua dengan barang tidak terlalu banyak, karena kami hanya menyewa mobil satu hari, kami rencanakan travelling dari ujung barat ke ujung timur Belitung.

 

Modal aplikasi Waze dan peta belitung di HP yang super burem, tujuan pertama kami isi bensin, isi full karena kami tidak yakin kapan lagi nemu SPBU, lalu makan di sekitar kota Tanjung Pandan. Kami makan di KV Senang, mencicipi Mie rebus khas belitung yang gurih enak dengan kuah udang. Lanjut ke kopi Kong Tjie yang legendaris di Belitung, tempat kopi Kong Tjie tertua di Belitung berlokasi di jalan Siburak, hanya berjarak 300 meter dari KV Senang.

 

Dari arah bandara menuju kota Tanjung Pandan, kami sempat mengunjungi Danau Kaolin, danau bekas galian timah yang biru nan indah. Awalnya destinasi ini sempat saya skip, tapi ternyata bisa sekalian lewat. Setelah sarapan kami juga sempat mengunjungi rumah adat belitung yang ada di pusat kota. Setelah itu kami langsung meluncur menuju Belitung timur.

 

Jarak kota Tanjung Pandan menuju Belitung timur sekitar 80 km, iya jauh, tapi jalan yang dilalui adalah kebun kosong dan kebun sawit, tanpa macet. Pak suami menyetir dengan kecepatan 80-90 km/per jam, sehingga perjalanan kami hanya sekitar 50 menit. Berhubung hari jumat, tujuan kami mencari masjid untuk pak suami, alhamdulillah di depan Museum Kata Andrea Hirata, ada masjid besar. Selama pak suami shalat jumat, saya foto-foto di Museum kata. Selesai dari museum kata, kami berkunjung ke sekolah Laskar Pelangi.

Kami kesana saat panas sedang terik-teriknya, kondisi disana pun cukup sepi. Kami bisa berfoto-foto sepuasnya.

WP 1

Setelah selesai di sekolah Laskar Pelangi, kami beranjak menuju kota Manggar. Saya janjian dengan Nanda, teman semasa SMA, putri asli Belitong, yang sekarang bekerja di Disbudpar Belitung Timur. Ternyata, Disbudpar Belitung Timur sudah menjadi tempat tujuan wisata, ada koleksi kopi, koleksi pala, hewan endemik Belitung, dan replika budaya Belitung. Pulangnya kami dibekali oleh-oleh cinderamata sama Nanda.

WP2

Perjalanan kami lanjutkan, kami berencana ke pantai Punai, tapi terlalu jauh dan sudah terlalu sore. Akhirnya kami ke Pantai serdang, padahal sebelumnya kami berencana ke pantai Nyiur Melambai.

 

Kami mengakhiri perjalanan kami di pantai Serdang, dan mulai beranjak jam 5 sore lewat, terlalu sore. Saya mengambil alih kemudi, biar pak suami bisa lebih bersantai diperjalanan, mengingat perjalanan kami dari Belitung Timur ke penginapan kami yang ada di pinggir pantai Tanjung kelayang, hampir 100 km.

 

Sejujurnya saya agak khawatir, baru magrib tapi jalanan sudah sangat sepi mengingat kanan-kiri kami kebun sawit dan minim penerangan jalan. Dari arah Belitung timur, setelah kami sampai di dekat kota Tanjung pandan,  kami memilih jalan berbelok ke kanan memotong jalan menuju penginapan kami yang jaraknya masih sekitar 30 km, bila kami melewati daerah Tanjung Pandan, perjalanan kami akan lebih jauh lagi sementara kami sudah cukup kelelahan.

 

Sayangnya, jalan pintas yang kami lewati lebih sepi dibandingkan jalan di Beltim tadi. Tidak ada kendaraan lain selain kendaraan kami yang melewati daerah itu, jarak pandang cahaya mobil saya maksimal 3 meter, saya kesulitan menentukan arah jalan berbelok, serong, atau lurus. Akhirnya pak suami membuka peta dan membantu saya menentukan arah. Sepanjang jalan saya tidak berhenti berdoa, salah satu perjalanan menegangkan yang saya alami. Bersyukur tadi pagi kami mengisi bensin cukup banyak, sehingga tidak perlu khawatir kami kehabisan bensin ditengah kebun sawit sepi.

Setelah menemukan pemukiman penduduk, kemudi saya kembalikan pada pak suami, lelah. Tidak lama dari situ, kami sampai di penginapan, yang ternyata ada disamping pantai Tanjung kelayang.

Kami menginap di Quins Style Resort, fasilitasnya cukup nyaman, walaupun bangunan hotel belum sepenuhnya selesai. Di pantai sedang ada festival desa wisata Belitung, kami makan malam disana dan mencoba mencicipi Ketam isi.

 

197332257