belitung · Uncategorized

BELITUNG : Batu besar, Laut, dan Orang-orang nya.


Beberapa bulan lalu, pak suami ngirim flyer Triatlon di Belitung, enjoy crystal water katanya. Awalnya Belitung bagi saya hanya sekolah Laskar Pelangi, setelah googling dan scrolling  dari satu halaman ke halaman lainnya, mau ke Belitung atau ke Karimun Jawa, akhirnya saya pilih Belitung, tapi pak suami gak jadi ikut Triatlon, nemenin istri katanya.

 

Hunting tiket dimulai dari 2 bulan sebelumnya, budgeting pun dimulai. Biar lebih bebas, kami merencanakan perjalanan kami sendiri, tanpa agen travel. Kami tiba di Bandara H.A.S Hanandjoeddin sekitar jam setengah 8 pagi, perjalanan Jakarta-Belitung kurang lebih 50 menit di udara, setelah mendarat kami disambut mba Lesgi dari @hangoutbelitung. Mba Lesgi ini super ramah dan sabar dengan banyak pertanyaan. Kami menyewa mobil ayla, cukup buat berdua dengan barang tidak terlalu banyak, karena kami hanya menyewa mobil satu hari, kami rencanakan travelling dari ujung barat ke ujung timur Belitung.

 

Modal aplikasi Waze dan peta belitung di HP yang super burem, tujuan pertama kami isi bensin, isi full karena kami tidak yakin kapan lagi nemu SPBU, lalu makan di sekitar kota Tanjung Pandan. Kami makan di KV Senang, mencicipi Mie rebus khas belitung yang gurih enak dengan kuah udang. Lanjut ke kopi Kong Tjie yang legendaris di Belitung, tempat kopi Kong Tjie tertua di Belitung berlokasi di jalan Siburak, hanya berjarak 300 meter dari KV Senang.

 

Dari arah bandara menuju kota Tanjung Pandan, kami sempat mengunjungi Danau Kaolin, danau bekas galian timah yang biru nan indah. Awalnya destinasi ini sempat saya skip, tapi ternyata bisa sekalian lewat. Setelah sarapan kami juga sempat mengunjungi rumah adat belitung yang ada di pusat kota. Setelah itu kami langsung meluncur menuju Belitung timur.

 

Jarak kota Tanjung Pandan menuju Belitung timur sekitar 80 km, iya jauh, tapi jalan yang dilalui adalah kebun kosong dan kebun sawit, tanpa macet. Pak suami menyetir dengan kecepatan 80-90 km/per jam, sehingga perjalanan kami hanya sekitar 50 menit. Berhubung hari jumat, tujuan kami mencari masjid untuk pak suami, alhamdulillah di depan Museum Kata Andrea Hirata, ada masjid besar. Selama pak suami shalat jumat, saya foto-foto di Museum kata. Selesai dari museum kata, kami berkunjung ke sekolah Laskar Pelangi.

Kami kesana saat panas sedang terik-teriknya, kondisi disana pun cukup sepi. Kami bisa berfoto-foto sepuasnya.

WP 1

Setelah selesai di sekolah Laskar Pelangi, kami beranjak menuju kota Manggar. Saya janjian dengan Nanda, teman semasa SMA, putri asli Belitong, yang sekarang bekerja di Disbudpar Belitung Timur. Ternyata, Disbudpar Belitung Timur sudah menjadi tempat tujuan wisata, ada koleksi kopi, koleksi pala, hewan endemik Belitung, dan replika budaya Belitung. Pulangnya kami dibekali oleh-oleh cinderamata sama Nanda.

WP2

Perjalanan kami lanjutkan, kami berencana ke pantai Punai, tapi terlalu jauh dan sudah terlalu sore. Akhirnya kami ke Pantai serdang, padahal sebelumnya kami berencana ke pantai Nyiur Melambai.

 

Kami mengakhiri perjalanan kami di pantai Serdang, dan mulai beranjak jam 5 sore lewat, terlalu sore. Saya mengambil alih kemudi, biar pak suami bisa lebih bersantai diperjalanan, mengingat perjalanan kami dari Belitung Timur ke penginapan kami yang ada di pinggir pantai Tanjung kelayang, hampir 100 km.

 

Sejujurnya saya agak khawatir, baru magrib tapi jalanan sudah sangat sepi mengingat kanan-kiri kami kebun sawit dan minim penerangan jalan. Dari arah Belitung timur, setelah kami sampai di dekat kota Tanjung pandan,  kami memilih jalan berbelok ke kanan memotong jalan menuju penginapan kami yang jaraknya masih sekitar 30 km, bila kami melewati daerah Tanjung Pandan, perjalanan kami akan lebih jauh lagi sementara kami sudah cukup kelelahan.

 

Sayangnya, jalan pintas yang kami lewati lebih sepi dibandingkan jalan di Beltim tadi. Tidak ada kendaraan lain selain kendaraan kami yang melewati daerah itu, jarak pandang cahaya mobil saya maksimal 3 meter, saya kesulitan menentukan arah jalan berbelok, serong, atau lurus. Akhirnya pak suami membuka peta dan membantu saya menentukan arah. Sepanjang jalan saya tidak berhenti berdoa, salah satu perjalanan menegangkan yang saya alami. Bersyukur tadi pagi kami mengisi bensin cukup banyak, sehingga tidak perlu khawatir kami kehabisan bensin ditengah kebun sawit sepi.

Setelah menemukan pemukiman penduduk, kemudi saya kembalikan pada pak suami, lelah. Tidak lama dari situ, kami sampai di penginapan, yang ternyata ada disamping pantai Tanjung kelayang.

Kami menginap di Quins Style Resort, fasilitasnya cukup nyaman, walaupun bangunan hotel belum sepenuhnya selesai. Di pantai sedang ada festival desa wisata Belitung, kami makan malam disana dan mencoba mencicipi Ketam isi.

 

197332257

Tinggalkan komentar