Uncategorized

I WEAR PRADA


The Devil Wears Prada, film drama yang kutonton tadi malam. Aku pikir sudah lama aku tidak menghabiskan sabtu malam untuk bersenang-senang seperti dulu. Tentu saja sejak aku menempuh kehidupan baruku ini.

Biasanya aku dulu menghabiskan sabtu malam dengan menonton film sampai larut, membaca novel sampai tertidur dengan sisa-sisa makanan yang berserakan diatas karpet, kadang juga sesekali aku pergi bersama teman-temanku, pulang larut, dan menginap di tempat temanku.

Jadi malam tadi aku memutuskan untuk tidur malam, sambil menekan tombol-tombol remot TV dari satu stasiun ke stasiun lainnya.

Saat aku menonton film itu, aku teringat sesuatu, aku teringat mimpi yang sudah terkubur dalam-dalam dan mungkin sudah menjadi tanah. Aku pernah mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang editor majalah remaja saat umurku menginjak 19 tahun. Aku berpikir seperti itu saat aku menginjak bangku kelas 2 SMP dan umurku 12 tahun dan aku belum pernah menyentuh majalah remaja sama sekali.

Saat itu aku membayangkan aku yang masuk ke gedung perkantoran dengan orang-orang yang sangat sibuk, dengan kertas-kertas, dan tektek bengek lainnya. Aku tidak peduli dengan hal-hal itu, untukku itu akan menjadi kesenangan tersendiri, akan ada banyak kreatifitas, kerja keras, disiplin, persaingan, festival-festival, konser musik, pertunjukan seni, fashion show, bertemu dengan orang-orang terkenal dan seabreg kesenangan lainnya.

Dan aku tidak pernah sekalipun membayangkan aku akan menjadi dokter. Itu bukanlah cita-cita waktu aku berumur 7 tahun, tidak juga saat aku masuk SMP, tetapi itu adalah hal yang harus aku pikirkan ketika ibuku mengatakannya dan ayahku menyetujuinya ketika aku menginjak kelas sebelas.

Keluargaku mengatakan bahwa aku adalah anak muda yang labil dan senang sekali bersenang-senang (read:bersenang-senang dengan textbook, spidol, flipchart, jas lab, dan handout). Masih banyak hal yang aku inginkan di dunia ini, dulu aku pernah mengatakan bahwa aku menyesal telah menghabiskan masa SMA ku dengan tidak serius belajar, tapi aku telah berusaha memperbaiki sebaik mungkin dan jika memang hasilnya seperti ini mungkin memang itulah yang telah diberikan tuhan.

Masih ada tahun depan, dan tahun depannya lagi, dan beberapa tahun lagi. Aku akan menjadi orang sukses dengan apapun profesinya. Aku akan belajar menyetir mobil, dan mengantar ayahku membeli sarung untuk lebaran dan beliau tidak usah menyetir lagi sendiri. Mungkin suatu hari saat kalian punya anak remaja yang membeli majalah remaja terkenal dan akulah yang memberi sambutan di halaman pertamanya. Atau mungkin juga suatu hari nanti aku akan punya majalahku sendiri yang akan menjadi icon dari remaja-remaja pada saat itu, aku harap judulnya bukan sejenis medical update atau doctor and technology.

Mungkin ini yang terakhir yang akan menutup mimpi di pagi buta ini, aku pernah mendengar bahwa mimpi tidak boleh dikatakan pada saat pagi, mereka mengatakan bahwa itu akan menjadi kenyataan. Yah apa boleh buat jika suatu hari nanti aku memang memiliki majalahku sendiri.

Tinggalkan komentar