aku ingin menulis tentang kita, hidup, dan jiwa kita.
Bagiku, hal-hal tersebut secara sederhana aku analogikan sebagai kertas, apapun jenisnya, kertas itu kau potong-potong secara vertikal panjang, coba saja misalnya kertas HVS warna yang kau potong secara vertikal panjang secara habis dari ujung ke ujung, setelah itu kau akan membuat sebuah anyaman dan kau tidak bisa membuat anyaman tanpa sumbangan dari kertas lain.
Secara alamiah itulah manusia, kau tidak bisa hanya hidup sendirian , kau membutuhkan orang lain, saat kau menerima kertas lain dan membuat anyaman tersebut, kau merangkainya dengan sedemikian rupa, dan saat orang itu meninggalkanmu, hasil anyaman itu kau gunting dan kau bagi dua, untukmu dan untuk orang yang menyumbang kertas lain. Ada bagian kertas milikmu yang hilang, tetapi ada kertas lain yang teranyam diatas kertas milikmu.
Begitu juga orang yang meninggalkanmu,
Juga meninggalkanku.
aku mempunyai ‘kertas’ (jiwa, hidup, dan waktuku) yang sudah terpotong-potong secara vertikal, dan saat seseorang hadir dalam hidupku, saat itulah anyaman mulai terbentuk, semakin lama aku membagi kehidupanku dengan orang tersebut, walaupun itu hanya sekedar bertemu, bicara, bahkan menghabiskan waktu bersama, semakin banyaklah anyaman yang terbentuk, kuatnya anyaman itu tergantung seberapa penting kah orang itu berarti untukku.
Seperti anyaman itulah saat orang tersebut pergi, kami membagi dua anyaman itu, dan aku kehilangan kertas milikku dan aku memiliki kertas miliknya, itulah yang aku sebut kenangan. Aku dan orang itu sama-sama memiliki kenangan, dan kenangan itu akan menghilang, simpul dari anyaman itu akan terlepas secara perlahan dan nantinya kertas milik orang lain itu akan menjadi bagian kertas milikku, tapi tidak untuk orang yang memang tidak bisa memisahkan simpul itu, simpul itu akan selalu menjadi bagian tidak menyenangkan dari dirinya.
Kertas yang sudah terpisah tadi akan menjadi bagian sisi lain dari kertas-kertasku dan akan membentuk anyaman lain bersama kertas yang berlainan pula, berwarna-warni bukan, itulah yang aku sebut sebagai pengalaman.
Hidup itu indah jika kau memiliki kesan, dan kesan itu akan terbentuk diambil berdasarkan kepada pengalaman.
Cukuplah hal diatas dijadikan sebagai tinjauan pustaka terhadap hal yang ingin aku katakan sebenarnya,
Aku adalah orang yang memiliki anyaman yang telah dibagi dua dan ukurannya besar, selain ukurannya yang besar, simpulnya juga terlalu kuat. Aku tidak berpikir bahwa ikatannya akan sekuat itu, dan sekarang aku selalu merasakan hal-hal aneh karena aku sulit untuk melupakan kenangan-kenangan itu.
Aku bukanlah orang yang dengan mudah melepaskan suatu simpul itu, dan entah kenapa aku selalu membawa-bawa simpul itu, aku selalu teringat dengan semua hal menyenangkan itu yang telah aku dan orang itu lalui.
aku membutuhkanmu,
Dan aku juga sangat peduli padamu.
Percaya atau tidak, buatku kau adalah orang yang cukup penting, entahlah aku tidak memikirkan status, aku senang saat kau mengatakan bahwa aku teman terbaikmu. kalau saat itu yang kau katakan adalah suatu perasaan yang kau rasakan nyata, tolong berikan aku sebuah alasan.
Jika kau dulu mengatakan bahwa kau orang yang menggunakan logika, percayalah padaku bahwa mungkin sekarang aku berpikir jauh lebih logis dari yang pernah kau bayangkan, bicaralah secara rasional supaya aku mengerti alasan kau melakukan hal yang tidak aku mengerti ini.
Kalau kau sekarang adalah orang yang telah menggunakan perasaan, aku ingin mengatakan bahwa aku masih belum berubah, aku tetap perasa seperti dulu dan aku percaya kau tidak akan pernah menyakiti perasaanku. Ingatlah bahwa tidak ada teman yang meninggalkan temannya tanpa alasan.
Dulu aku bingung, tetapi sekarang aku jauh lebih bingung lagi, karena sebuah anyaman yang belum aku bisa lepaskan simpulnya, aku merasa bersalah, aku merasa bahwa akulah yang menyebabkan keadaan menjadi seperti ini, karena memang sebenarnya aku tidak mengharapkan keadaan ini terjadi.
Aku yakin kau tidak akan membaca tulisanku ini, aku tahu alasannya bahkan sebelum kau mengemukakannya, aku bukan peramal, tapi percayalah aku telah mengenalmu. Tolong beritahu aku jika kau memang membaca tulisan ini.
Oh ya, aku harap tidak ada yang bertanya kepadaku tentang sosok orang itu. Dan maafkan aku jika saat kau membaca ini, kau kurang atau tidak mengerti tentang apa yang aku katakan.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.